Selasa, 25 Desember 2012

PAST MOMENT


PAST MOMENT
Awalnya semua begitu indah, hanya ada aku, kamu dan menjadi kita. Kita melalui semuanya bersama, kesedihan, rasa bahagia, tangisan, canda, semuanya hanya ada kamu aku serta mereka yang sangat senang melihat kita bahagia dan menjadikan kita couple menjalani hidup bersama pasangannya.
Aku sebut semuanya tiga tahun, tiga tahun semua hari kita lalui bersama, baik itu hanya hari biasa maupun hari special buat orang terdekat kita bahkan semua orang. Lagi-lagi aku kamu dan mereka yang bahagia melihat kita. Dalam perjalanan tiga tahun itu memang bukan hanya kebahagiaan saja yang menghiasi hari kita, terkadang banyak sekali onak dan duri yang membat tangisan, membangkitkan ego tapi itu semua adalah bumbu agar kita perjalanan kita tidak terasa hambar, semua itu hanya cara Allah mengajarkan kita agar saling melengkapi satu sama lain dan membuat kita menjadi dewasa. Dewasa dalam menjalani hidup ini dan melengkapi segala kekurangan yang kita miliki. Karena manusia diciptakan Allah secara berpasang-pasangan agar saling melengkapi. Maka dari itu Allah menghadirkan kamu untuk diri ini.
Kamu sosok yang cukup sempurna buat diriku, kau sosok yang dewasa, dermawan, bijak, dan pengganti Ayahku. Karena kamu selalu menuntun setiap langkahku agar selalu berjalan di jalan yang benar. Saat orang tua, keluarga telah melepaskanku dan menyuruhku untuk berkembang kamu hadir memberikanku semangat agar tetap berjalan menuju cahaya sambil menggandengku di sampng mu. Senyum tulus itu selalu saja menghiasi otakku hingga senyum itu yang membuatku semangat untuk menjalani hari-hari yang sangat rumit ini. Aku cinta kamu bukan karena  apa yang kamu miliki, tapi aku cinta kamu karena sifat mu yang begitu membuatku bangga memilikimu.
Aku hanya wanita yang penuh kekurangan yang terkadang tidak merasa pantas memilikimu yang begitu di kagumi banyak orang. Tapi aku juga tidak dapat membohongi diri ini kalo aku membutuhkanmu seperti mereka. Bagaimana aku jika kamu tidak pernah masuk dalam hidupku, menjadi separuh jiwaku, mengisi hatiku yang kosong. Hingga saat ini pun aku selalu memikoirkan hal itu, hutang budi selalu saja menggeluti otak ini. Maafkan aku yang terkadang sering keras kepala tak mau mendengarkanmu, maafkan aku yang seringmembuat mu kesal, maafkan aku yang sering membuat mu marah, maafkan aku yang sampai saat ini masih mencintaimu.
Tiga tahun tiga bulan tiga hari semua hari-hari kita lalu bersama, tapi tiga bulan tiga hari itu entah apakah kamu masih merasakan perasaan yang dulu sejak kita merasjuk kisah bersama atau semua itu sudah lenyap menjadi kenangan. Sekarang bukan kisah kita lagi, tapi telah menjadi kisahku.
Aku yang begitu mengangumi, begitu menyayangimu seakan terabaikan, terabaikan setelah kau kenal dia. Semua kebohongan yang telah kau buat telah kuterima, mereka yang baru masuk dalam hidupmu juga telah ku terima menjadi sebagian dari kisahku, tapi hatiku masih terasa berat. Entah apa yang membuat hati ini terus menangis. Ku terima segala maumu terutama tentang diriku yang tidak kau sukai, tapi kamu tidak menerima kalau aku tidak biasa merubahnya begitu saja. Aku hanya manusia biqasa, butuh proses untuk menghilangkan keras kepala ini. Aku selalu mencoba untuk selalu mengerti dirimu, tapi kapan kamu mengerti aku? Sakit, sakit sekali mendengar kisahmu bersama mereka. Terlalu perih.
Apakah kau tau? Mereka yang telah lama menghiasi hati-harimu secara perlahan menjauh. Tau tidak nkenapa? Karena kamu secara perlahanpun tidak sadar telah meninggalkan mereka dan menjalani harimu dengan keluarga kecilmu itu. Aku tidak menyalahkan keluarga kecilmu itu, tapi please jangan meninggalkan mereka dan membuat mereka yang telah lama bersamamu, telah setia beramamu perlahan menjauh dan memutuskan tali silaturahmi. Memang menurutmu dirimu tidak berubah, tetap dengan sikapmu yang dulu, tapi mereka yang selalu bersamamamu, melewati hari-hari bersamamu, tertawa bersamamu mengatakan kalau ketidak hadiranmu membuat satu persatu  isi rumah ide itu menjadi sepi, dan mungkin kamu juga merasakan hal itu saat kamu berdiam diri di rumah ide itu, rasa sepi begitu terasa tidak seperti dulu saat kamu masih menjadi dirimu. Jangan tanyakan perubahan dirimu pada keluarga kecilmu, karena mereka hanya orang baru yang kau anggap keluarga .
Silahkan jalani hidupmu, kau selalu mengatakan aku telah menjadio wanita posesif, apakah kau tidak sadar kau telah menjadikanku posesif dengan kebohongan yang telah kau rancang. Kau menyuryhku terima dirimu apa adanya, tapi apakah kamu terima aku apa adanya. Kau selalu bilang jangan salahkan jika kamu berubah, hei.. kamu sendiri yang membuat dirimu begitu. Seandainya keluarga kecilmu itu tidak pernah ada tak akan pernah ada masalah seperti ini.
Tidak pernah kah kamu empati sedikit saja terhadapku, kenapa kamu melakukan semua itu terhadapku disaat aku membutuhkan kamu? Sakitku begitu membuatku terpukul, tapi kamu tidak memberikanku semnagat seperti dulu di saat aku sakit, tapi kamu memberikanku perih yang semakin dalam. Aku bodoh.. kenapa aku tidak bisa membencimu, kenapa aku tidak bisa melepaskanmu, lelah hatiku menghadapi sikapmu yang sekarang, lelah hatiku mengeluarkan air mata untukmu, tapi akupun tak bisa menahan semuanya karena aku terlalu menyayangimu.
Temanmu dan temanku sering bertanya padaku bahwa kamu dimana? Kenapa tidak pernah keliatan? Kenapa kamu tidak pernah bersamaku lagi? Dan kamu terlihat jalan bersama wanita lain.  Aku harus jawab apa? Telah banyak yang bertanya seperti itu, hatikupun sakit ,endengar pertanyaan itu tapi selalu saja aku menutupi semua dengan senyuman. Aku perempuan mempunyai hati yang peka. Aku mempunya hati sama seperti kamu dan mereka. Aku lelah mendengar hujatan dari mereka  yang mengenal kita.  Hujatan bahwa kamu seligkuh dan aku mau saja di selingkuhi. Aku lelah………….
Mana kebahagiaan kita dulu? Aku hanya itu? Seperti dulu bersama mereka yang ikut bahagia bersama kita, bukan bersama orang yang membuat mereka yang terrsenyum melihat kita bahagia menjadi semakin menjauh. Aku hanya ingin sifatmu dulu kembali. Kamu yang tidak pernah membuat orang lain kecewa. Sekarang? Kamu membuat banyak orang kecewa demi kebahagiaan keluarga kecilmu.
Biarkan hati ini gersang menjalani hidup ini. Secara perlahan akan aku coba untuk melupakanmu walau sulit dan membiarkanmu bahagia bersama keluarga kecilmu.  Karena nampak kau begitu bahagia bersama mereka dan aku tidak mau membatasi kebahagianmu, biarkan saja aku yang pergi dan izinkan aku perlahan menjauh dan mengucapkan selamat tinggal. Akan aku kubur setiap kenangan kita secara perlahan, dan barkanlah hati ini menangis sepuasnya melepaskan perpisahan kita.
Sulit sekali untuk melupakanmu, tapi aku sangat berharap Allah memanggilku secepatnya agar perih kehilanganmu sudah tidak kurasakan lagi. Berat menjalani hidup tanpamu  tidak kurasakan. Aku sayang kamu, aku cinta kamu dan terima kasih untuk cinta yang kau beri. Terimakasih untuk rasa ini.

12.12.12

Kamis, 13 Desember 2012

DIA DAN AKU - EVO

Dia seperti penerang malamku 

Dia seperti penyejuk siangku 

Dia tak kusangka dia balas pandanganku


Dia begitu...... jauh di mataku 

Dia begitu...... jauh jangkauku

Dia tak kusangka dia balas senyumanku


Kami saling pandang tanpa bicara 

Sepertinya dia tahu apa duhatiku tertera 

Dan waktu saat itu sungguh mengerti aku 

Dan dia berlalu tanpa tau siapa aku..
Aku cukup tau dia... dari sini saja 

Aku cukup lihat dia... dari sudut sini saja 

Dan aku.. sudah bahagaia seperti ini 

Dan dia... sudah sempurna..

Selasa, 27 November 2012

Porsi Ujian Tuhan


Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkanTuhan.
Kenapa harus saya yang mengalami ini?
Kenapa bukan orang lain saja?
Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini?
Bagaimana bisa melanjutkan hidupdalam keadaan seperti ini?
Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah? Tuhan tidak adil!
Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah kita kalau selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?
Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.
Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu, percayalah. Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.
Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.
Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.
Coba Anda tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi kemampuan Anda.
Semoga bermanfaat

Belajar itu Tuntutan Hidup!


Keringat yang menetes tak menghalangi terkembangnya sebuah senyum di bibirnya saat kamibertemu. Raut wajahnya sedikit lelah, namun ia tak menggubrisnya. Dari serambi Musalla Universitas Islam Negeri Alauddin,Dirga Is Harianto bercerita tentang idealismenya dalam menuntut ilmu.
Lelaki berumur 21 tahun ini sekarang tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam di Universitas Islam negeri Alauddin Makassar. Namun, pada transisi tahun 2009-2010, ia tak lebih dari seorang karyawan lulusan SMK (SMK Darussalam Makassar) yang bimbang tentang masa depannya. Pada saat itu, gaji bulanan telah ia dapatkan sebagai seorang Marketing di sebuah perusahaan swasta di Makassar.
Mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tentu merupakan sebuah dilema karena kuliah akan membuatnya mengorbankan pekerjaannya. Hal itu belum termasuk biaya kuliah yang harus ia tanggung. Mengandalkan orang tua jelas tak mungkin. Profesi ayahnya sebagai Buruh bangunan di kabupaten tempat dia di besarkan hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sekaligus sekolah adiknya. Sebagai sulung, ‘anak SMK’ ini diharapkan mampu membantu keluarga secara finansial, setidaknya dengan cara mencukupi kebutuhan pribadinya sendiri. Namun, sekali lagi, ia sangat ingin kuliah.
Mengapa ia begitu ingin kuliah? Bukankah orang tuanya menyekolahkannya di SMK agar cepat bekerja?
“Mengikuti kata hati. Saat itu bukan lagi pertimbangan-pertimbangan yang rumit dan memusingkan, tetapi sudah dalam tataran jiwa. Saat itu pun sudah bekerja, tetapi memang ‘keinginan’ ada di bangku kuliah. Jadi, itulah pilihannya,” jawab pria yang akrab dipanggil Gogo.
Awal April 2010 merupakan moment penting baginya. Saat itu, Gogo sudah menetapkan hati untuk serius menggapai cita-cita mengenyam bangku kuliah. Berbekal gajinya sebagai seorang Marketing, pria yang berdomisili di kota Bunga Malino ini nekat masuk bimbingan belajar (bimbel) untuk memahami pelajaran IPS SMA. Waktu luang sekecil apapun dimanfaatkannya untuk belajar, baik di kantor maupun di dalam Angkot. Targetnya jelas: lulus SNMPTN UIN 2010.
Tiga bulan menyulap diri menjadi anak SMA sambil menjalani pekerjaan sebagai sales terlihat seperti sebuah kegilaan tersendiri bagi Gogo. Sempat ia berpikir bahwa ini merupakan suatu pertarungan yang tak berguna. Realitas yang hadir dalam wacana bagaimana bayar biayanya? hadir untuk menghalangi idealisme yang mulai berkembang.
“Sebetulnya harapan saya sudah punah saat itu. Dan itu berhubungan dengan materi (biaya). Namun, kali ini mentor saya berkata dengan lantang, ‘Uang itu masalah belakangan. Sekarang fokus belajar!! Memang kamu yakin bisa lolos?’ Ucapannya membuat saya semangat lagi,” kenangnya.
Untuk membentengi diri dari pesimisme yang mulai melanda, ia mencari dukungan sana-sini. Buku The Secret karangan Rhonda Byrne, cerita seorang mahasiswa luar kota yang berhasil masuk UI dengan biaya pas-pasan, serta nasihat dari seorang teman nyatanya berhasil mendongkrak motivasinya hingga ia ‘kembali ke jalan yang benar’. Gogo kembali memaknai kekuatan sebuah mimpi yang belakangan dianggapnya klise bagi sebagian orang. Ia dengan bersemangat menggapai mimpi itu agar menjadi suatu kenyataan yang bisa diraih.
Waktunya tiba. April 2010, ia menjalani Seleksi SNMPTN di SMPN 8 Makassar. Di lokasi ujian, ia sempat bertemu teman lama satu sekolah yang ternyata memiliki ‘kegalauan’ yang sama untuk banting setir dari dunia teknik. Bersama-sama, mereka berdoa agar dapat bertemu lagi sebagai mahasiswa di kampus yang sama.
Segala puji bagi-Nya. Beberapa bulan setelah ujian, Gogo dinyatakan masuk UIN Alauddin. “Waktu itu, saya langsung lari keliling terminal Mallengkeri sambil teriak-teriak saking senangnya.” Sambil tetap berdoa, pria Makassar ini bersiap untuk menyempurnakan ikhtiarnya. Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya, meminta keringanan biaya dari pihak kampus, serta memikirkan pekerjaan sambilan agar dapat membiayai kuliahnya. Selain itu, program beasiswa dari pemerintah pun dibidiknya.
Tuhan tak ragu mencurahkan rizki padanya. Saat ia melayangkan permintaan pengunduran diri, atasan justru membolehkannya tetap bekerja sambil menyesuaikan dengan jadwal kuliah. Gogo tak kehilangan penghasilan bulanannya. Rencananya ‘direvisi’ oleh Sang Maha pencipta.
Rejeki lain datang. Biaya kuliah yang tadinya 5 juta rupiah sebagai uang pangkal dan lima juta rupiah lagi sebagai biaya kuliah per semester ‘terpangkas’ menjadi 300 ribu rupiah (uang pangkal) dan 1 juta (biaya kuliah per semester). “Ini karena saya menunjukkan kemiskinan saya, hahahaha….” Gogo tergelak.
Kedua rizki di atas akhirnya sempurna oleh rizki ketiga. Gogo mendapatkan Beasiswa Bidik-Misi dari Kemendiknas sebesar Rp5 juta. “Dua juta saya alokasikan untuk biaya kuliah, sisanya untuk biaya hidup.”
Apa rahasia dibalik pencapaiannya selama ini?
“Rahasianya tidak ada...kecuali yakin sama kekuatan dahsyat kita sendiri dan percaya bahwa hasilnya nanti adalah yang terbaik buat kita. Nothing to lose, istilahnya.”
Sebagai penutup perbincangan kami siang itu, dengan tatapan matanya yang cerah dan senyumnya yang khas, Gogo berpesan untuk anak sekolah yang mengalami keterbatasan biaya namun tetap ingin melanjutkan pendidikannya.
“Ketika masih dalam usia anak dan remaja, jangan pernah berpikir bahwa bekerja lebih baik ketimbang belajar (sekolah). Belajar itu wajib, musti, kudu. Belajar itu tuntutan hidup. Belajar itu sampai akhir hayat. Berusahalah terus untuk bersekolah.”

Minggu, 12 Agustus 2012

Sampah itu "Benderah.ku"

Kasihan Benderaku yang teronggok diantara sampah
Sudah menjadi sampahkah benderaku
Atau yang membiarkannya teronggoklah sampah
Sedih aku pada Benderaku
Yang tak lagi dibiarkan berkibar pada tiang
Hanya menyempitkan lemari-lemari penuh sampah
Sudah menjadi sampahkah Benderaku
Atau negeri ini memang penuh sampah..
Sehingga tak lagi bisa membedakan mana Bendera mana sampah
Padahal Proklamasi kemerdekaan ditandai dengan
Dikibarkannya Sang saka Merah putih
Lalu kenapa Benderaku kini ada diantara sampah..
Bukankah merah itu darahku
Putih itu tulangku
Itukan yang engkau katakan..
Lalu kenapa Benderaku menyatu dengan sampah
Apa tidak lagi merah darahmu
Dan tidak lagi putih tulang mu…
Biarpun langit ini akan terbelah
Tetaplah engkau benderaku..
Biarpun bumi ini akan berguncang
Tetaplah engkau Indonesiaku…

Menghormati Yang Puasa itu Biasa, Menghormati Yang Tidak Puasa itu Luar Biasa!


Ada kata-kata yang menurut saya terasa janggal disetiap bulan Ramadhan, dan akibat dari kata-kata ini ada ormas Islam yang rela dengan penuh semangat menggelorakan perjuangan/jihad dengan melakukan sweeping untuk menutup rumah makan, resto siap saji yang membuka lapaknya disiang hari bulan ramadhan, entah apa motivasinya, apakah memang hal tersebut diajarkan oleh rasulullah SAW atau tertulis jelas dalam kitab suci al-Quran sehingga berdasarkan dua sumber dalil ini mereka ingin menegakkan kebenaran. Terkecuali tempat-tempat maksiat, no options menurut saya, namun yang melakukan hal tersebut tentu bukan warga sipil melainkan aparat yang berwenang.
Apa yang mereka lakukan dengan menutup paksa rumah-rumah makan menurut saya sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur ibadah puasa, yaitu sabar/menahan diri. Puasa yang menurut asal bahasanya berarti menahan diri/hawanafsu adalah satu bentuk cara Tuhan menanamkan sifat-sifat mulia ketuhanannya kepada manusia, yaitu sabar, ash-sh-shobuur Sang Maha Penyabar.
Menghormati hak asasi manusia itu perintah Allah, maka orang yang tidak puasa harus merealisasikannya dalam kehidupan social sehari-hari. Namun harus kita akui pula menghormati orang yang tidak puasa juga menjadi bagian dari hal tersebut. Orang yang berpuasa itu butuh ujian, tanpa ujian tentu puasa itu terasa hambar dan tidak bernilai. Dan harus kita sadari pula bahwa orang yang tidak berpuasa pasti memiliki banyak alasan diantaranya:
1. Bukan seorang muslim
2. Mungkin Sedang sakit
3. Tidak kuat berpuasa
4. Orang Islam tetapi lemah iman
5. Bekerja berat dan membutuhkan suplay energy lebih banyak
Mereka tidak membutuhkan kekerasan yang akan berakibat penentangan, penolakan dan caci makim yang mereka butuhkan pengetahuan, penyadaran akan hak masing masing warga Negara.
Selain itu , yang terpenting adalah sesungguhnya panggilan berpuasa itu berlaku khusus, yaitu orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah sudah sangat familiar di telinga kita, yaitu surah al-Baqarah ayat 183. Tujuan utamanya perintah berpuasa pada ayat itu adalah agar orang yang menjalankan ibadah tersebut memiliki sifat taqwa, takut karena cinta kepada Allah.
Menghormati orang yang tidak berpuasa dan membiarkan mereka berjualan sebagaimana hari biasa mencari nafkah merupakan satu bentuk penghargaan terhadap hak setiap manusia. Namun tentunya pemerintahpun harus memiliki kebijakan atas aspirasi sebagian masyarakat yang ingin puasanya tidak terganggu dengan memfasilitasi mereka dengan aturan yang tidak merugikan salah satu pihak, aturan yang adil untuk mereka yang berpuasa dan yang tidak berpuasa. Tentunya hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi clash antar sesama warga Negara, yang akhirnya jika dibiarkan pemerintah juga yang terkena dampaknya, jadi bagaimana caranya pemerintah mengayomi keduanya dalam arti diantara mereka tahu rambu-rambunya, sebagai bentuk toleransi antar dan sesama umat beragama.
So, mari yang sedang berpuasa, hormatilah mereka yang tidak berpuasa, karena itu akan menambah kualitas ibadah kita kepada-Nya.

JIKA INI RAMADHAN TERAKHIRKU

Allah sayang aku…..
Luar biasa sayang-Nya…
Semua tepat pada waktunya….
dalam akhir Dzuhurku tadi…..
Aku bayangkan ….
Mungkin ini Ramadhan terakhirku…..
Allah menjagaku untuk tetap suci, jalankan semua perintah-Nya dalam bulan ini….bulan penuh pengampunan dan pengumpulan amal, badanku tiba-tiba bergetar tak terasa air mata ini tumpah.
Ataukah karena kuingat “mati”ku atau masalah sebelum aku menghadapMU di Dzuhur tadi, aku tak tahu…..yang jelas pikirku berkata…ini adalah Ramadhan terakhirku…
Aku dibiarkan suci tanpa “tamu”ku
Aku Engkau buatkan ujian sebelum Ramadhan ini
Untuk aku bertobat, lebih mendekat padaMU
Karena dengan Mu aku merasa damai….tenang….
Diantara  gelisah, resah akan kehidupan dunia…
Aku khusyu menjalani apa yang menjadi taqdirku, aku serahkan pada-Mu yang membuat semua ini terjadi, doaku semakin kupinta dari-Mu…..aku tenang, aku seolah ada dalam tangan-Mu
Dan masih dalam sujudku……
kutanyakan pada-Mu…..
benarkah yang aku rasa….?
Ini RAMADHAN terkhirku…..?
Jika Iya….sungguh aku bersyukur, karena Engkau ciptakan suasana agar aku lebih dekat dengan-Mu, lebih syahdu ku dendangkan firman-Mu disaat malam-malamku, ketika mata ini, hati ini, tubuh ini tak kompromi atas kelelahan jiwa dan ragaku…terus terjaga, tak lebih karena Ujian-Mu yang begitu menampar kehidupanku.
Dan kemudian di akhiri dengan hari Kemenangan
Dimana aku meminta maaf pada siapapun yang ada saat itu…
Atas segala dosa dan klilafku di dunia….
Allah Sayang padaku ….
Jika semua benar apa yang aku rasa
Di Dzuhurku ini….
Maafku atas salah, dosa dan kekuranganku dalam menjadi “BULAN” mu.
“Bulan itu menerangi ya menerangi aja, gak perlu diminta-minta”
“Dan tau kapan waktunya, mesti terang penuh, terang separo dan kapan mesti tak nampak “
“Aku ingin kamu jadi bulan yang menerangi hatiku “
Untuk sebuah nama yang selalu ada memenuhi setiap sudut rongga di hatiku dengan cinta yang kamu punya, untuk kesetiaan yang kau beri, segala bentuk perhatian, kasih sayang dan kesabaran juga pembelajaran selama ini, aku sangat-sangat beruntung pernah memiliki mu dan menjadi salah satu milikmu yang selalu kamu jaga dengan sangat baik. I LoVe You so much…….titip semua yang telah aku berikan padamu atas ijin dan doa-Nya…

Rabu, 13 Juni 2012

Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja diperantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.
Lalu bagaimana dengan Ayah?
Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…… Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba.. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja….
Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.
Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu….
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu,
Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)
Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah”
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah..
Ketika kamu menjadi gadis dewasa…..Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…
Ayah harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?
Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan….
Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak….. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya.
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Ayah tahu……
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia…..
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Ayah menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa…..
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata:


“Ya Allah, ya Tuhanku …..Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik….
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu …..
Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..
Tapi untuk saya, semua itu hanya khayalan semata. tidak untuk saya Ayah? Ayahku telah tenang di Alam sana, tapi Ayahku akan selalu dihatiku, akan ku perlihatkan kepada Ayahku disana bahwa Gadis Kecilmu ini telah tumbuh besar dan sudah bisa melakukan apa saja, sudah bisa melawan pahitnya Dunia, walaupun Ayah tidak ada disampingku lagi, tapi Ayahku akan selalu ada disetiap langkahku.

Luph U Ayah.

Senin, 21 Mei 2012

Negeri Yang Ramah?

Sekitar tahun 2006, aku pernah berkenalan dengan seorang bule di di Bandung, namanya Pieter Smith. Pieter telah lama berada di Indonesia, bahkan dia ingin menjadi WNI, namun karena prosedur yang agak rumit hingga saat itu Pieter belum bisa mewujudkannya. Aku sedikit heran, mengapa dia ingin menjadi seorang WNI, sedangkan aku, pada saat itu malu untuk mengakui bahwa aku orang Indonesia. Apalagi ketika aku menoleh pada prestasi Indonesia yang sangat tidak dapat dibanggakan.

Pieter menjelaskan, bahwa dia jatuh cinta pada Indonesia sejak pertama kali dia tiba di negeri ini, tepatnya di Bali. Pieter melihat dan merasakan keramahan masyarakat Indonesia. Kemanapun dia melangkah dan kemudian tersesat, selalu ada masyarakat asli yang menolongnya. Pieter bahkan merasa Indonesia seperti tanah kelahirannya sendiri.
Keramahan masyarakat Indonesia, tidak hanya dirasakan oleh Pieter, tapi oleh jutaan bahkan mungkin milyaran wisatawan yang pernah berkunjung ke Indonesia. Keramahan ini pula yang tersebar dari mulut ke mulut, sehingga orang yang awalnya tidak tahu tentang Indonesia, menjadi tertarik dan ingin berkunjung ke Indonesia.
Tapi itu dulu, negeri yang ramah ini secara perlahan berganti jadi negeri yang marah. Seolah-olah setiap masalah yang muncul hanya dapat diselesaikan dengan huru-hara, anarkis, rusuh, tawuran, membakar apa saja yang ada di depan mata dan sederet tindakan “marah” lainnya.

Masalah sepele, bahkan tak jarang hanya masalah remaja (rebutan pacar atau berebut daerah kekuasaan) bisa merembet menjadi masalah orang tua, kemudian menjadi masalah antar desa atau antar etnis. Belum lagi ditambah adanya provokator dan bumbu-bumbu media masa yang terkadang overdosis. masalah pribadi pun bisa menjadi masalah nasional yang dibicarakan dari Sabang sampai Merauke.

Dahulu kala, bila ada masalah diselesaikan dengan kepala dingin, para pihak duduk bersebelahan, mengutarakan isi hatinya, bermusyawarah, ditengahi tokoh setempat. Namun sekarang, bila ada masalah, diselesaikan dengan perut lapar sehingga otak kekurangan nutrisi dan menjadi malas berfikir, kemudian senjata yang berbicara.

Situasi akan menjadi tambah panas, ketika orang-orang yang ada dalam satu golongan, hanya sekedar membela tanpa melihat duduk permasalahnnya. Misalnya A dari kelompok Satu bermasalah dengan B dari kelompok Dua, orang-orang kelompok Satu akan menyerang B dan kelompok Dua, tanpa mau peduli si A itu yang benar atau salah. Alasan mereka ini demi “solidaritas” sesama kelompok. Konyol dan sangat salah kaprah, saya rasa. Sepertinya keberadaan aparat penegak hukum serta peraturan perundang-undangan hanya dipandang sebelah mata. Seolah-olah mereka tinggal di tengah hutan yang berlaku hukum rimba, siapa kuat secara fisik, dia yang menang.

Solidaritas memang sangat bagus, tapi juga tetap harus melihat apa yang menjadi masalahnya, bela apabila memang pantas untuk di bela, jangan asal membela saja. Hidup ditengah himpitan ekonomi yang kurang bersahabat saja, saya rasa sudah sangan sulit, apa lagi hidup di tengan masyarakatnya yang pemarah.

Bila ditelusuri, ini salah siapa, mungkin hanya berakhir pada saling menyalahkan dan konflik lagi. Mungkin salah si ekonomi, salah si sosial, salah si kemiskinan, salah si tidak sejahtera atau salah pemerintah?

Aku rindu kedamain, aku rindu kebersamaan, aku rindu keramahan negeri ini. Kembalilah ramah Indonesiaku, jangan kau menjadi bangsa yang pemarah.

Sabtu, 28 April 2012

Cinta Terbalut Jilbab

senja, mengibaskan jilbabnya birunya. Cahaya matahari senja tepat menyorot wajahnya. Tapi dia tetap lesu dengan segenggam kecewa. Tangannya menggenggam erat sebuah kalung, dalam hati dia menyesali apa yag telah terjadi.
“Apa yang aku lakukan dengan ini. Maluku mulai surut, aku terlena dengan apa yang aku miliki. Astagfirullah Ya Rabb. apakah aku masih pantas mendapat ampunan-Mu? aku malu ketika aku menghadap-Mu, mengingat apa yang telah terjadi. Aku sempat terkalahkan oleh godaan setan. Ampuni aku Ya Allah. Lindungilah hatiku kembali.” Hingga matahari mulai tak terlihat lagi, tapi Cinta tetap terdiam ditaman kota. Dia ingin merasakan kedamaian itu lagi, sangat damai saat berada bersama Allah, menghayati sepenuhnya nikmat air wudhu yang menyejukkan. Mengadu, menangis, kala bersama-Nya. Menyerahkan semua beban pikiran duniawi pada-Nya. Tapi semenjak pemuda itu datang di kehidupannya. Matanya yang begitu teduh berhasil mencuri perhatian Cinta.
Kembali teringat setahun lalu, ketika kali pertama Cinta bertemu dengannya saat dia mencari sebuah buku terbaru karangan Asma Nadia.
Tak sengaja dia menabrak lengan Cinta yang telah membawa beberapa buku yang akan dibelinya, dengan terkejut Cinta sempat terjebak dalam matanya yang teduh dan begitu memikat. Hingga beberapa detik berlalu baru dia tersadar dari hipnotis mata pemuda tersebut, dan dengan segera Cinta menundukan pandangannya.”maaf saya tak sengaja.”
“yah, tak apa-apa. maaf saya harus pergi.” Dengan tetap menundukan wajahnya, Cinta berjalan menuju kasir. Tanpa Cinta sadari bahwa pemuda tersebut terus menatapnya hingga Cinta keluar dari toko buku Hikmah.
Sesampai di rumah, ternyata rumah sedang kosong. Ayahnya sedang keluar kota, ibunya yang tengah mengunjungi tante di Tegal. Walau perutnya terasa sangat lapar, tapi dia merasa malas untuk makan, berjalan perlahan dia memasuki kamar. Kejadian tadi masih selalu berputar di benaknya, menari-nari menggoda keimanan Cinta. Tatapan pemuda itu yang teduh dan menyejukka. Astagfirullah…
***
Seperti biasanya Cinta selalu terbangun saat suara adzan Subuh di Masjid yang hanya berjarak 50 meter dari rumahnya begitu merdu memecahkan kesunyian kegelapan dan udara yang masih dingin, bahkan mentaripun masih berada dibelahan bumi bagian timur. Cinta membuka matanya perlahan, tak lupa mengucapkan syukur karena Sang Maha Menjaga tetap menjaga malamnya dan masih mengijinkan Cinta membuka mata dan menghirup kesejukan pagi ini.  Ibu selalu saja yang pertama bangun dan sudah mulai sibuk dengan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Aku peluk ibu dari belakang.”Ibu, hemmmm bau masakannya menggoda.”
“Kamu ada-ada saja, sana mandi dan segera shalat subuh, sebentar lagi ibu juga selesai.”
Cinta beranjak ke kamar mandi. Mandi dan tak lupa mengambil air wudhu. Subahanallah, begitu sejuk nikmat-Mu, tapi lagi-lagi bayangan kejadian itu kembali mengusiknya. Pemuda itu yang memiliki tatapan begitu teduh. Cinta mulai takut, jika dia tak mampu menahan perasaan ini. Dia merasa bersalah atas kecerobohannya, yang tidak dapat menjaga pandangannya. Walaupun itu bukan seutuhnya kesalahannya. karena memang tak sengaja. Hari ini tugas kuliah begitu menumpuk, sehingga memaksa Cinta sepulang kuliah mengunjungi perpustakaan untuk mencari bahan makalahnya, dan hal yang tak terduga, ternyata penjaga perpustakaan itu dia. Denyut jantung Cinta berubah dalam hitungan detik menjadi lebih cepat dari biasanya, ada air bening dimatanya. Entah mengapa, tapi dia takut. saat dia telah menemukan buku yang dia cari, Cinta segera menuju ketempat petugas perpustakaan itu, yang tak lain adalah pemuda yang telah membuatnya galau. Cinta tak berani mengangkat wajahnya. Dia selalu tertunduk, dia takut jika pemuda itu tahu bahwa dia yang telah membuat Cinta seperti ini.
“Sepertinya saya pernah bertemu anda, Oh yah saya ingat. Anda adalah wanita yang kemarin tak sengaja saya tabrak di toko buku Hikmah.”
“yah, oh yah maaf, saya harus segera pulang karena tugas kuliah saya sudah menunggu.”  Cinta yakin, pemuda itu merasakan kegugupannya yang ternyata tak mampu dia tutupi. Dengan cepat Cinta melangkah meninggalkan Perpustakaan Nurul hidayah. Astagfirullah…
Dia petugas baru disana, namanya Yusuf. Cinta sempat melihat nama yang tertera di kemejanya. Hari-hari berikutnya, karena Cinta memang suka membaca atau memang itu adalah perpustakaan yang selalu membuatnya nyaman berada di sana. Tak jarang saat cinta membutuhkan ketenangan untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar membaca buku-buku islami, dia akan memilih tinggal disana menghabiskan waktu berjam-jam dari pada di rumah yang tak jarang adiknya sering meminta Cinta mendengarkan curhatnya. Cinta tak sadar kalau pemuda itu slalu memperhatikannya, dan dari kebiasaan memandangi wajah cinta yang putih bersih. Dia memberanikan diri menghampiri cinta dan duduk tepat dihadapan Cinta.
“Kamu suka baca buku yah cinta?”
“Kamu tahu nama saya. Iyah saya lebih suka bersahabat dengan buku-buka ini daripada keramaian.” Cinta tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari tulisan yang ada dihadapannya.
“Apakah kehadiranku mengganggumu?”
“Oh tidak, sama sekali tak menggangguku” Cinta takut untuk menatap Yusuf, karena dia takut Yusuf bisa membaca ketegangannya.
“Aku hanya ingin menitipkan ini.” Yusuf hanya meninggalkan sepucuk surat dan kotak jingga mungil yang kini berada tepat di hadapan Cinta, lalu Yusuf pergi meninggalkan perpustakaan itu karena memang jam tugasnya telah selesai.
Saat Yusuf berjalan meninggalkan perpustakaan. Cinta baru berani memandang tubuh yang tinggi dengan penampilan sederhananya berjalan meninggalkan sesuatu yang kini berada di hadapannya, dengan ragu Cinta menggapai surat itu. Tak dia pungkiri jika ternyata dia gugup dan sedikit ragu dia mulai membaca.
Aku tak mengerti apa yang ada di hati ini
Setelah kejadian sebulan yang lalu di toko buku hikmah
Aku tak menyangka Allah mempertemukanku denganmu lagi disini
Saat hari kerja  pertamaku
Aku lihat dari jarak 10 meter seorang wanita dengan rock coklat, blus merah muda dan terbalut jilbab jingga
Kamu menarik perhatianku
Saat kau mengampiriku untuk menunjukan buku yang akan kamu pinjam
Aku tahu, namamu Cinta
Memang nama itu cocok untuk wanita semanis dirimu
Aku tahu surat ini lancang, tapi aku tak memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa aku selalu tak bisa mengalihkan pandanganku darimu
Ini tak seindah dirimu, tapi aku yakin ini Cantik untukmu Cinta.
Semoga Allah selalu menuntunmu

Yusuf
Cinta memberanikan diri membuka kotak kecil itu. Ternyata sebuah kalung putih dengan sebuah hati bermata cantik berkilau. Ada kertas kecil di dalamnya. “tolong kamu jaga”. Yusuf, nama itu yang pertama mencoba mengetuk hatiku. Cinta bahkan tak tahu, apakah dia masih berani bertemu Yusuf lagi.
Seminggu sudah Cinta tak berani mengunjungi perpustakaan itu, hanya saja makalahnya yang memaksanya untuk kembali kesana. Saat pertama kali masuk, ada hawa yang tak lagi dia rasakan nyaman.  Dia tahu bahwa dari pertama dia masuk, Yusuf telah memperhatikannya, hingga akhirnya Cinta tak bisa menghindar dari Yusuf, karena dia harus menunjukkan buku yang akan dia pinjam. Tak ada perkataan yang mampu keluar dari mulut mereka berdua, tapi Cinta ternyata memiliki keberanian untuk mengangkat wajahnya, dan yang tak diinginkan pun terjadi, mata mereka bertemu, dengan segera Cinta menunduk dan mengambil buku yang dia pinjam dan berjalan cepat meninggalkan Yusuf.
“Cinta…”  Dengan setengah berteriak Yusuf berusaha menghentikan langkah Cinta, tapi tak sedikitpun cinta memperlambat langkahnya.
Dengan lirih Yusuf berkata “Maafkan aku”.
Beberapa hari kemudian Cinta mengembalikan buku yang dia pinjam, terselip secarik kertas jingga didalamnya. Dengan takut Yusuf membacanya.
Maafkan aku yang tak bisa mengendalikan pandanganku
Yang tak bisa meneguhkan hatiku,
Bahkan saat ini aku tak bisa menjaga perkataanku
Bahwa aku takut saat aku bertemu kamu
Aku takut tak mampu mengendalikan hatiku
Maafkan aku, biarkan saat ini aku menikmati kesendirianku
Jika aku Diciptakan oleh-Nya untukmu
Maka suatu hari engkau akan mengenalku lebih dari ini

Cinta
***
Saat Cinta melihat jam di handphonenya, ternyata waktu telah menunjukkan pukul 19.30 waktu setempat. Akhirnya dia menyadari bahwa inilah yang terbaik. Dan bukankah setiap orang berhak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Karena itu Cinta lebih memilih sedikit menjauh dari Yusuf. Bukan berarti dia tak menaruh hati pada Yusuf, tapi karena dia sendiri takut terkalahkan olah perasaan itu, yang memang menurut Cinta belum waktunya dia memikirkan itu. Biarkan waktu yang akan jawab semua yang ada di benaknya ataupun pertanyaan-pertanyaan Yusuf yang tak mampu terjawab olehnya. Aku masih ingin sendiri dan menyerahkan hati pada-Nya.