Malam
yang menegangkan, hanya suara bising kendaraan dengan kesibukan setiap manusia
serta desahan angin yang ikut meramaikan pertengkaran dua sahabat yang sampai
saat itupun belum mendapatkan pencerahan akan masalah yang dihadapinya.
“Tidak ada yang tidak mungkin, dan aku harus
menjadi pemenang dalam perlombaan itu”.
“Sadar
Mica, hasil dari perlombaan itu sudah di umumkan, dan kamu harus menerima
hasilnya, tolong.. sportiflah Mica”.
“Hasilnya
yang tidak sportif, aku sudah berbuat semaksimal mungkin untuk memenangkan
perlombaan itu, tapi apa?”.
“jangan
berlagak bodoh seperti itu Mica, dalam perlombaan kalah menang itu biasa,
lagian sikapmu sekarang tidak menandakan bahwa kamu menerima kekalahanmu itu”.
“Tidak,
aku harus menang, dan jika kekalahan itu memang terjadi, aku pun harus
mengakhiri kekalahan itu”.Terlihat Mica melompat dari jendela hingga tak nampak
dari padangan Panda.
“Micaaaaaa”
teriakan Panda yang begitu lantang memanggil nama Mica yang dilanjutkan dengan
isak tangis yang begitu perih.
***
“Micaaa”.
Teriak Panda
“Ya Allah, sampai kapan mimpi ini
akan terus menghantui HaMbamu ini?”. Keluh Panda dalam
hati.
Segera
Panda beranjak dari tempat tidur empuk yang berwarna ungu dan melepaskan boneka
doraemon kesayangannya dari pelukannya, hanya boneka doraemon itu yang selalu
menemani Panda saat mengalami ketakutan akan mimpi itu. Panda segera menuju
kerang air dan mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat Tahajjut. Kegiatan
seperti ini selalu Panda lakukan saat terbangun dari tidurnya dan memipikan
Mica.
“sampai
kapan hamba harus terus mengulangi mimpi ini ya Allah, hamba lelah, hamba
takut. Aku telah mengikhlaskan Mica pergi dan kembali disisi-Mu ya Allah,
jagalah Mica agar dia bisa tenang disamping-Mu, dan akan ku haturkan doa-doa
dalam setiap shalatku untuk sahabatku Mica”. Panda lalu mengusap kedua telapak
tangannya pada wajahnya seraya telah menyelesaikan shalatnya. Segera panda
melipat muknah dan sajadah yang dipakainya dan diletakkannya pada meja panjang
berwarna ungu yang dihiasai dengan miniatur doraemon dan foto-fotonya bersama Mica.
Kehangatan
kembali Panda rasakan saat berbaring di tempat tidur berwarna ungu bersama
boneka doaemon kesayangannya yang selalu memberikan Panda kenyamanan saat
merasakan lelah, dan menjadi saksi akan tangisan dan kebahagiaan yang merupakan
alur hidup setiap insan manusia.
Mata
Panda terus menerawang langit-langit kamarnya yang sangat indah, berlatar awan
dengan penerang berwarna biru membawa panda kembali di alam mimpinya. Dan
semoga kali ini Panda tidak bermimpi tentang Mica lagi.
***
“shalat subuh”. Dengan tergesah-gesah Panda
beranjak dari posisi nyamannya tanpa mengucapkan sepatah katapun berlari
mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh pada pukul 06.30 pagi.
Hal
itu merupakan kegiatan rutin Panda, dari pada tidak melakukannya sama sekali.
Toh Dosen Panda juga pernah berkata “jika waktu shalat subuh telah lewat, kita
masih bisa melakukan shalat dua rakaat tersebut asalkan saat terbangun dari
tidur jangan melakukan aktivitas apapaun kecuali berwudhu dan melaksanakan
shalat subuh kita yang tertinggal”. Tapi kalau bisa shalat subuh tepat waktu
lebih baik kan? J
“Assalamualaikum
warahmatullah, Assalamualaikum warahmatullah”. Memalingkan wajah ke kanan dan
kiri menandakan Panda telah melaksanakan shalat subuh dan selanjutnya
melaksanakan aktivitas yang tak penah Panda tinggalkan kecuali saat sakit, yups
Mandi.. “Doraemon towel, Doraemon hair coverings, I am coming shower shower”.
Cewek
yang bernama Panda tapi suka Doraemon ini sangat suka memakai penutup rambut
saat mandi pagi, because Panda is a muslim Woman, and must wear headscarves.
Kalau pakai jilbab saat rambut basah katanya nanti kutuan, ihhh… kan tidak baik
udah dewasa masih kutuan, kayak cewek tidak terurus saja.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 07.55, tinggal lima menit lagi pukul 08.00 dan Panda
harus bergegas kekampus, dosen kali ini sangat killer, jangan sampai Panda
tidak diizinkan mengikuti pelajar bapak Eko lagi. “Assalamualaikum” dan
“Bruuuuuuuuuuummmmm” motor Beat merah dengan DD 3097 ZN langsung melesat
meninggalkan rumah sederhana yang berwarna ungu dengan model yang sangat
minimalis.
***
“Assalamualaikum,
maaf pak saya terlambat”. Sambil menundukkan kepala seraya memohon maaf. Dan
saat mengangkat kepala dari permohonan maaf terlihat teman-teman ruangan Panda
terlihat tersenyum, tapi senyumnya kali ini sangat berbeda, bukan tawa geli
atau senyum mengejek melihat Panda terlambat dan sebentar lagi akan dihukum
oleh pak Eko.
“Cie
Cie Panda” ejek salah satu teman kelas Panda yang disusul dengan teman yang
lain.
“apa
sih?” Tanya Panda dengan sangat heran “Pak, saya boleh masuk?”.
“kali
ini boleh Panda, silahkan” seru pak Eko “dan bapak akan mengulang kembali
pembahasan kita berhubung pemeran utama yang selalu kesiangan baru saja
datang”. Ejek pak Eko yang diikuti dengan tawa anak-anak sekelas Panda.
“ada apa ini?”. Detakan jantung Panda
sangat terasa cepat, nafasnya terasa sesak, Tanyanya dalam hati “ada apa? Kenapa? Apakah ini bertanda baik
atau tidak?”.
“kenapa
panda parasmu sangat pucat seperti dirimu sangat ketakutan?” Tanya pak Eko
“wajar saja sih, karena dirimu datang disambut dengan perasaan bangga dan
senyum bahagia kawan-kawanmu”.
“memang
ada apa pak?” Tanya Panda sekali lagi
“Kampus
mendapat undangan dari dinas pendidikan agar Azizah Panda Azzahra mengikuti
perlombaan menulis artikel social mewakili Sulawesi Selatan di kanca Nasional,
untuk juara pertama akan mendapatkan pendidikan menulis disalah satu
Universitas di AS, bagaimana Panda?”.
“Panda
pasti terima tawarannya lah pak, secara Panda sangat ingin menjadi seorang
penulis” seru Rinda salah satu teman Panda yang berada di ruangan segi empat
lumayan kecil dan lumayan panas tersebut.
“ke..
ke.. ke.. napa saya pak?”
“petanyaan
bagus Panda, katanya salah satu pegawai Dinas Pendidikan sering membaca blog
dirimu, dan setelah mengetahui ada perlombaan seperti ini, pegawai itu dengan
lincahnya memberikan alamat Blog dirimu kepada pak Kadis Pendidikan, dan
benar.. tulisan di Blog dirimu sangat indah Panda, dirikupun sudah melihat Blog
dirimu dan mengakui hal tersebut.”.
“Mi..
Mica”. Semua teman kelas Panda serentak berbalik menatap Panda dengan berbagai
ekspresi.
***
Desahan
nafas begitu cepat, sangat cepat, semakin cepat, lebih cepat dan terdengar
begitu menakutkan. “Micaaa” kembali Panda mengalami mimpi yang sama dan terekam
sangat jelas dalam benak Panda, setiap kata dan tindakan terlihat begitu nyata.
Kembali pandapun mengambil wudhu dan shalat seraya berserah pada sang khalik,
tapi kali ini sangat berbeda. Panda tidak kembali berbaring di tempat tidur
kesayangannya itu, segera Panda langkahkan kaki menuju meja yang penuh dengan jejeran
buku serta komik doraemon, segera panda membuka laptop yang diselimuti dengan
garskin doraemon dan memikirkan apa yang akan
Panda tulis untuk perlombaan nanti.
“artikel
social, ehm.. apa ya??”
“social,
yang berhubungan dengan social itu apa ya? Penyimpangan sosial, latar belakang, toleransi”. BRAKKKKKKKKK..
aliran darah Panda seakan berhenti, “Toleransi? Micaaa”. Keheningan tiba-tiba
pecah, suara tangisan Panda membuat ruangan yang tadinya tenang menjadi penuh
dengan gemuruh suara tangisan. “Micaaa, kamu salah persepsi tentang semuanya,
kamu egois Mica, pandanganmu salah, dan karena itu kamu menyiksaku hingga saat
ini”. Begitu sangat teririsnya hati Panda dan diapun tak sadar suara
tangisannya semakin menggelegar hingga semua orang yang berada satu atap
bersama Panda terbangun dari bunga tidurnya.
“Panda?
Kamu kenapa nak?”. Terlihat begitu paniknya ibu Panda hingga mengetuk pintu
seakan ingin mendobrak pintu kamar Panda.
Lekas
Panda menghapus air mata di pipi dan selah matanya, dengan masih terisak Panda
membuka pintu kamarnya. terlihat Ibu, Ayah, dan adik panda berdiri dibalik
pintu kamar yang bergambar Doraemon itu dengan wajah panic, “Ibu, Ayah, nanda?
Kalian kenapa?” sentak Panda tertawa melihat ekspresi tiga orang yang Panda
sangat sayang begitu panik bercampur dengan ekspresi kantuk mereka.
“Kamu
yang kenapa Nak? Nangis jam segini, ada masalah apa Panda? Tanya Ayah.
“tidak
apa-apa yah, Panda cuma mengingat Mica lagi”.
“weleh
weleh, kak Panda ada-ada aja, orang yang sudah tidak ada di ingat terus, bagaimana
kak Mica mau tenang” ucap Nanda dengan memelas sambil meninggalkan Panda, Ibu
dan Ayah menuju kamarnya.
“ya
sudah nak, kamu tidur saja, tidak usah memikirkan hal yang tidak-tidak” tegur
ibu.
“iya
Ibu”. Ibu dan Ayah lalu meninggalkan Panda di balik pintu ungu yang
bergambarkan doraemon tersebut
Kembali
Panda berjalan menuju laptop yang sudah dari tadi menunggu untuk disentuh, tapi
tak kunjung tersentuh juga, Panda hanya kembali menutup laptop tersebut dan
kembali ke tempat tidur ungu untuk mengambil posisi ternyamannya dengan memeluk
boneka doraemon kesayangannya seraya berfikir tentang ucapan Nanda sang adik.
“benar,
aku tidak akan bisa melupakan Mica jika setiap saat Mica terus saja menggeluti
otakku, tapi aku tidak bisa, mimpi itu selalu menggangguku dan memaksaku untuk
memikirkan Mica”. Panda memandang jejeran foto-foto dirinya bersama almarhum
sahabatnya Mica dekat jejeran miniatur doraemon di meja ungu tempat menyimpan
segala keperluan penting Panda.
“aku
harus bagaimana Mica? Aku ingin ikut perlombaat menulis itu, tapi aku takut,
semangatku hilang setiap kali mengingat kejadian itu, disaat keyakinan akan
kemenangan telah didepan mata, tapi kekecewaan yang kita dapatkan karena kita
berbeda, aku takut!!1”. Panda kembali meneteskan berlian dari kedua matanya
tanpa mengeluarkan suara isak tangis.
Suara
adzan subuhpun kembali terdengar, tetapi Panda tak kunjung dapat memejamkan
mata, begadangnya kali ini sia-sia karena tak sedikitpun Panda mengerjakan artikel
itu. Setelah Panda mengerjakan kewajibannya sebagai umat muslim, Panda kembali
duduk berhadapan dengan laptop yang bergambar doraemon tersebut seraya berharap
kali ini Panda bisa kembali menulis walaupun beberapa paragraf saja.
“bismillahirohmanirahim”.
***
“aku
yakin, kamu bisa Panda, kamu itu hebat”. Suara Rinda salah seorang teman kelas
Panda memecahkan suasana yang tadinya hanya suara ketikan tombol laptop yang
dilakukan Rinda seakan mengetik memakai mesin ketik. Saat itu suasana Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik sudah mulai sepi, matahari sedikit lagi akan
menyembunyikan cahayanya dan akan berganti dengan cahaya bulan, tapi kedua anak
tersebut masih betah duduk di pelataran fakultas ditemani dengan angin yang
membelai rambut Rinda dan jilbab Panda serta jaringan wifi yang selalu saja
membuat Rinda betah di kampus hingga suara adzan magrib memanggil.
“aku
takut Rin, kamu lihat kekuranganku ini? Kamu tau kan kejadian dua tahun yang
lalu yang sangat menghebohkan itu? Aku masih trauma Rin, benar yang dikatakan
almarhumah Mica dulu bahwa dunia kita berbeda Rin, kalian hampir mendekati
kesempurnaan sebagai seorang manusia, sedangkan aku dan Mica memang terlahir seperti
ini, tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri kami”.
“Tidak
Panda, persepsi kamu salah, memang secara fisik kami itu hampir menyerupai
kesempurnaan, tapi kecerdasan kamu di atas kami Panda. Jujur, aku sering kali
merasakan iri saat dosen selalu membanggakanmu dikelas, nilai mata kuliah kamu
yang semuanya sempurna, aku iri padamu”.
“memang
ya Rin, memberikan orang lain motivasi itu sangat mudah, seperti sekarang kamu
memberikanku motivasi, seperti dulu saat aku memberikan semangat pada Mica,
tapi sekarang aku sudah berada diposisinya Mica, dan benar…”
“Panda..
ternyata kamu tidak sekuat yang aku kira, kamu lemah, kamu pesimis”. Rinda
segera menutup laptop dan meninggalkan Panda dengan perasaan dongkol.
Panda
hanya merunduk, merenung tanpa mengeluarkan butiran butiran berlian dari
matanya seperti yang Panda lakukan subuh tadi. Galau? Entahlah…
***
Kembali
Panda menghadapkan dirinya dengan laptop yang dari subuh tadi menunggu untuk
kembali disentuh oleh majikannnya. Sudah ada dua paragraf yang Panda ketik
subuh tadi, tetapi ada perasaan tidak nyaman saat kembali Panda membaca
tulisannya tersebut.
“Benar
kata Rinda, aku memang berbeda dari mereka, tapi dengan kekuranganku ini akan
kutunjukkan pada mereka bahwa aku bisa menulis seindah tulisan Andrea Hirata di
buku Best seller Laskar pelangi dan sang pemimpinya, seperti Habiburahman El
Shirazy dengan Novel Best Seller Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbihnya,
seperti Mira W dengan Novel Cinta Sepanjang Amazonnya, seperti Raditya Dika
dengan Kambing Jantannya. Dan walaupun kali ini aku hanya menulis sebuah artikel,
tapi suatu saat nanti saya akan bisa sehebat mereka yang telah sukses dalam
dunia kepenulisan, bahkan akan sesukses J.K. Rowling dengan Harry Potternya”.
“Control
A, dan Del, aku harus memulai dari awal tanpa perasaan takut, ayo Panda..
Semangat! Kamu pasti bisa.. ”.
Panda
memulai mengetik huruf demi huruf, kata demi kata, paragraf demi paragraf
artikel sosial yang tidak bisa ia kerjakan belakangan ini karena sikap
pesimisnya dan ketakutannya untuk menantang dunia membuat Panda sekarang
terlihat sangat berbeda. Panda yang bersemangat mulai terlihat disetiap kalimat
yang ditulisnya.
***
TIGA
BULAN KEMUDIAN
Jepret..
Jepret.. Cahaya kamera serta suara bising kalimat demi kalimat pertanyaan tidak
membuat orang-orang dalam ruangan itu risih, tapi sebaliknya.. senyum bangga
mereka tercipta dengan tulus saat melihat Panda berdiri di mimbar
kesuksesannya.
“Mungkin
ada yang masih mengingat kejadian setahun yang lalu, saat seorang anak cacat
tanpa kaki yang sempurna melompat dari ketinggian ±150 meter, dia adalah
sahabatku. Seorang anak yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk berkarya,
keyakinannya akan kemenangan sirna ketika usaha kerasnya berlatih menyerupai
orang yang sempurna bahkan menurutku tariannya itu sangat indah melebihi orang
yang sempurna. Uang membuat sahabatku yang tadinya berada diposisi pertama
semakin mundur hingga mengalami kekalahan, tapi saya disini tidak untuk
mengingat masa-masa itu. Terimakasih untuk orang-orang yang memberikanku semangat,
terimakasih untuk Rinda yang telah membuka mataku untuk menatap dunia ini lebih
jelas, bahwa kekuranganku ini bukanlah masalah untuk mencapai cita-citaku jika
tekad keras memang aku miliki. tanpa jaripun aku bisa menulis rangkaian kata
indah yang membawaku hingga berdiri disini. Bagaimana dengan kalian yang memiliki
fisik yang sempurna, tidakkah kalian ingin mencapai apa yang kalian inginkan?”.
“Bagaimana
cara untuk mencapai segala keinginan kita, karena terkadang tidak ada
kesempatan buat kita untuk mencapai cita-cita kita?”. Tanya seorang wartawan
yang berada di ruangan yang luas tapi terasa sangat sempit karena dipenuhi
dengan orang-orang yang ingin menyaksikan Panda secara langsung.
“jangan
mengatakan tidak ada kesempatan, kesempatan selalu ada buat siapa saja dan
setiap insan menuasia memiliki kesempatan untuk meraih apa yang dia inginkan,
tapi semuanya kembali ke diri kita. Banyak yang menyianyiakan kesempatannya
karena tidak memiliki kemauan dan tekad yang keras untuk meraih kesempatan itu.
Cari semangat dan kemauan kamu terlebih dahulu, setelah itu cari orang-orang
yang berperan penting dalam hidupmu seperti keluarga ataupun sahabat. Karena
mereka yang akan selalu ada di saat kita mengalami ketidakpercayaan diri, di
saat kita mengalami down, merekalah yang akan membantu kita untuk mencari
semangat kita lagi”. semua orang yang berada dalam ruangan tersebut serentak
bertepuk tangan dan tersenyum bangga menyaksikan Panda dengan kekurangannya tanpa
jari yang sempurna hanya ada dua ditangan kanan dan tiga pada tangan kirinya dapat
mengalahkan ribuan penulis se-Indonesia dan menghasilkan Novel Best Seller
hanya dengan rentang waktu beberapa bulan.
***
Suasana
yang tadinya bising mendadak sepi. Layar TV yang tadinya bergambar wajah Panda
seketika berwarna hitam dan tenang. Iya.. Rinda hanya menyaksikan Panda dibalik
layar TV dengan senyuman yang tak henti-hentinya karena kemarahan beberapa
bulan yang lalu akibat sifat Panda yang pesimis belum juga Rinda lupakan, tapi
sekarang sudah tidak. Rinda tidak mengetahui hal ini, ternyata Panda
melanjutkan tulisannya dan bisa seperti sekarang ini.
“aku
bangga Panda, aku Sahabatmu”.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar