Kamis, 04 Juli 2013

KEKURANGAN ITU SEMANGAT


Malam yang menegangkan, hanya suara bising kendaraan dengan kesibukan setiap manusia serta desahan angin yang ikut meramaikan pertengkaran dua sahabat yang sampai saat itupun belum mendapatkan pencerahan akan masalah yang dihadapinya.
 “Tidak ada yang tidak mungkin, dan aku harus menjadi pemenang dalam perlombaan itu”.
“Sadar Mica, hasil dari perlombaan itu sudah di umumkan, dan kamu harus menerima hasilnya, tolong.. sportiflah Mica”.
“Hasilnya yang tidak sportif, aku sudah berbuat semaksimal mungkin untuk memenangkan perlombaan itu, tapi apa?”.
“jangan berlagak bodoh seperti itu Mica, dalam perlombaan kalah menang itu biasa, lagian sikapmu sekarang tidak menandakan bahwa kamu menerima kekalahanmu itu”.
“Tidak, aku harus menang, dan jika kekalahan itu memang terjadi, aku pun harus mengakhiri kekalahan itu”.Terlihat Mica melompat dari jendela hingga tak nampak dari padangan Panda.
“Micaaaaaa” teriakan Panda yang begitu lantang memanggil nama Mica yang dilanjutkan dengan isak tangis yang begitu perih.
***
“Micaaa”. Teriak Panda
“Ya Allah, sampai kapan mimpi ini akan terus menghantui HaMbamu ini?”. Keluh Panda dalam hati.
Segera Panda beranjak dari tempat tidur empuk yang berwarna ungu dan melepaskan boneka doraemon kesayangannya dari pelukannya, hanya boneka doraemon itu yang selalu menemani Panda saat mengalami ketakutan akan mimpi itu. Panda segera menuju kerang air dan mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat Tahajjut. Kegiatan seperti ini selalu Panda lakukan saat terbangun dari tidurnya dan memipikan Mica.
“sampai kapan hamba harus terus mengulangi mimpi ini ya Allah, hamba lelah, hamba takut. Aku telah mengikhlaskan Mica pergi dan kembali disisi-Mu ya Allah, jagalah Mica agar dia bisa tenang disamping-Mu, dan akan ku haturkan doa-doa dalam setiap shalatku untuk sahabatku Mica”. Panda lalu mengusap kedua telapak tangannya pada wajahnya seraya telah menyelesaikan shalatnya. Segera panda melipat muknah dan sajadah yang dipakainya dan diletakkannya pada meja panjang berwarna ungu yang dihiasai dengan miniatur doraemon dan foto-fotonya bersama Mica.
Kehangatan kembali Panda rasakan saat berbaring di tempat tidur berwarna ungu bersama boneka doaemon kesayangannya yang selalu memberikan Panda kenyamanan saat merasakan lelah, dan menjadi saksi akan tangisan dan kebahagiaan yang merupakan alur hidup setiap insan manusia.
Mata Panda terus menerawang langit-langit kamarnya yang sangat indah, berlatar awan dengan penerang berwarna biru membawa panda kembali di alam mimpinya. Dan semoga kali ini Panda tidak bermimpi tentang Mica lagi.
***
shalat subuh”. Dengan tergesah-gesah Panda beranjak dari posisi nyamannya tanpa mengucapkan sepatah katapun berlari mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh pada pukul 06.30 pagi.
Hal itu merupakan kegiatan rutin Panda, dari pada tidak melakukannya sama sekali. Toh Dosen Panda juga pernah berkata “jika waktu shalat subuh telah lewat, kita masih bisa melakukan shalat dua rakaat tersebut asalkan saat terbangun dari tidur jangan melakukan aktivitas apapaun kecuali berwudhu dan melaksanakan shalat subuh kita yang tertinggal”. Tapi kalau bisa shalat subuh tepat waktu lebih baik kan? J
“Assalamualaikum warahmatullah, Assalamualaikum warahmatullah”. Memalingkan wajah ke kanan dan kiri menandakan Panda telah melaksanakan shalat subuh dan selanjutnya melaksanakan aktivitas yang tak penah Panda tinggalkan kecuali saat sakit, yups Mandi.. “Doraemon towel, Doraemon hair coverings, I am coming shower shower”.
Cewek yang bernama Panda tapi suka Doraemon ini sangat suka memakai penutup rambut saat mandi pagi, because Panda is a muslim Woman, and must wear headscarves. Kalau pakai jilbab saat rambut basah katanya nanti kutuan, ihhh… kan tidak baik udah dewasa masih kutuan, kayak cewek tidak terurus saja.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.55, tinggal lima menit lagi pukul 08.00 dan Panda harus bergegas kekampus, dosen kali ini sangat killer, jangan sampai Panda tidak diizinkan mengikuti pelajar bapak Eko lagi. “Assalamualaikum” dan “Bruuuuuuuuuuummmmm” motor Beat merah dengan DD 3097 ZN langsung melesat meninggalkan rumah sederhana yang berwarna ungu dengan model yang sangat minimalis.
***
“Assalamualaikum, maaf pak saya terlambat”. Sambil menundukkan kepala seraya memohon maaf. Dan saat mengangkat kepala dari permohonan maaf terlihat teman-teman ruangan Panda terlihat tersenyum, tapi senyumnya kali ini sangat berbeda, bukan tawa geli atau senyum mengejek melihat Panda terlambat dan sebentar lagi akan dihukum oleh pak Eko.
“Cie Cie Panda” ejek salah satu teman kelas Panda yang disusul dengan teman yang lain.
“apa sih?” Tanya Panda dengan sangat heran “Pak, saya boleh masuk?”.
“kali ini boleh Panda, silahkan” seru pak Eko “dan bapak akan mengulang kembali pembahasan kita berhubung pemeran utama yang selalu kesiangan baru saja datang”. Ejek pak Eko yang diikuti dengan tawa anak-anak sekelas Panda.
ada apa ini?”. Detakan jantung Panda sangat terasa cepat, nafasnya terasa sesak, Tanyanya dalam hati “ada apa? Kenapa? Apakah ini bertanda baik atau tidak?”.
“kenapa panda parasmu sangat pucat seperti dirimu sangat ketakutan?” Tanya pak Eko “wajar saja sih, karena dirimu datang disambut dengan perasaan bangga dan senyum bahagia kawan-kawanmu”.
“memang ada apa pak?” Tanya Panda sekali lagi
“Kampus mendapat undangan dari dinas pendidikan agar Azizah Panda Azzahra mengikuti perlombaan menulis artikel social mewakili Sulawesi Selatan di kanca Nasional, untuk juara pertama akan mendapatkan pendidikan menulis disalah satu Universitas di AS, bagaimana Panda?”.
“Panda pasti terima tawarannya lah pak, secara Panda sangat ingin menjadi seorang penulis” seru Rinda salah satu teman Panda yang berada di ruangan segi empat lumayan kecil dan lumayan panas tersebut.
“ke.. ke.. ke.. napa saya pak?”
“petanyaan bagus Panda, katanya salah satu pegawai Dinas Pendidikan sering membaca blog dirimu, dan setelah mengetahui ada perlombaan seperti ini, pegawai itu dengan lincahnya memberikan alamat Blog dirimu kepada pak Kadis Pendidikan, dan benar.. tulisan di Blog dirimu sangat indah Panda, dirikupun sudah melihat Blog dirimu dan mengakui hal tersebut.”.
“Mi.. Mica”. Semua teman kelas Panda serentak berbalik menatap Panda dengan berbagai ekspresi.
***
Desahan nafas begitu cepat, sangat cepat, semakin cepat, lebih cepat dan terdengar begitu menakutkan. “Micaaa” kembali Panda mengalami mimpi yang sama dan terekam sangat jelas dalam benak Panda, setiap kata dan tindakan terlihat begitu nyata. Kembali pandapun mengambil wudhu dan shalat seraya berserah pada sang khalik, tapi kali ini sangat berbeda. Panda tidak kembali berbaring di tempat tidur kesayangannya itu, segera Panda langkahkan kaki menuju meja yang penuh dengan jejeran buku serta komik doraemon, segera panda membuka laptop yang diselimuti dengan garskin doraemon dan memikirkan apa yang akan  Panda tulis untuk perlombaan nanti.
“artikel social, ehm.. apa ya??”
“social, yang berhubungan dengan social itu apa ya? Penyimpangan sosial,  latar belakang, toleransi”. BRAKKKKKKKKK.. aliran darah Panda seakan berhenti, “Toleransi? Micaaa”. Keheningan tiba-tiba pecah, suara tangisan Panda membuat ruangan yang tadinya tenang menjadi penuh dengan gemuruh suara tangisan. “Micaaa, kamu salah persepsi tentang semuanya, kamu egois Mica, pandanganmu salah, dan karena itu kamu menyiksaku hingga saat ini”. Begitu sangat teririsnya hati Panda dan diapun tak sadar suara tangisannya semakin menggelegar hingga semua orang yang berada satu atap bersama Panda terbangun dari bunga tidurnya.
“Panda? Kamu kenapa nak?”. Terlihat begitu paniknya ibu Panda hingga mengetuk pintu seakan ingin mendobrak pintu kamar Panda.
Lekas Panda menghapus air mata di pipi dan selah matanya, dengan masih terisak Panda membuka pintu kamarnya. terlihat Ibu, Ayah, dan adik panda berdiri dibalik pintu kamar yang bergambar Doraemon itu dengan wajah panic, “Ibu, Ayah, nanda? Kalian kenapa?” sentak Panda tertawa melihat ekspresi tiga orang yang Panda sangat sayang begitu panik bercampur dengan ekspresi kantuk mereka.
“Kamu yang kenapa Nak? Nangis jam segini, ada masalah apa Panda? Tanya Ayah.
“tidak apa-apa yah, Panda cuma mengingat Mica lagi”.
“weleh weleh, kak Panda ada-ada aja, orang yang sudah tidak ada di ingat terus, bagaimana kak Mica mau tenang” ucap Nanda dengan memelas sambil meninggalkan Panda, Ibu dan Ayah menuju kamarnya.
“ya sudah nak, kamu tidur saja, tidak usah memikirkan hal yang tidak-tidak” tegur ibu.
“iya Ibu”. Ibu dan Ayah lalu meninggalkan Panda di balik pintu ungu yang bergambarkan doraemon tersebut
Kembali Panda berjalan menuju laptop yang sudah dari tadi menunggu untuk disentuh, tapi tak kunjung tersentuh juga, Panda hanya kembali menutup laptop tersebut dan kembali ke tempat tidur ungu untuk mengambil posisi ternyamannya dengan memeluk boneka doraemon kesayangannya seraya berfikir tentang ucapan Nanda sang adik.
“benar, aku tidak akan bisa melupakan Mica jika setiap saat Mica terus saja menggeluti otakku, tapi aku tidak bisa, mimpi itu selalu menggangguku dan memaksaku untuk memikirkan Mica”. Panda memandang jejeran foto-foto dirinya bersama almarhum sahabatnya Mica dekat jejeran miniatur doraemon di meja ungu tempat menyimpan segala keperluan penting Panda.
“aku harus bagaimana Mica? Aku ingin ikut perlombaat menulis itu, tapi aku takut, semangatku hilang setiap kali mengingat kejadian itu, disaat keyakinan akan kemenangan telah didepan mata, tapi kekecewaan yang kita dapatkan karena kita berbeda, aku takut!!1”. Panda kembali meneteskan berlian dari kedua matanya tanpa mengeluarkan suara isak tangis.
Suara adzan subuhpun kembali terdengar, tetapi Panda tak kunjung dapat memejamkan mata, begadangnya kali ini sia-sia karena tak sedikitpun Panda mengerjakan artikel itu. Setelah Panda mengerjakan kewajibannya sebagai umat muslim, Panda kembali duduk berhadapan dengan laptop yang bergambar doraemon tersebut seraya berharap kali ini Panda bisa kembali menulis walaupun beberapa paragraf saja. “bismillahirohmanirahim”.
***
“aku yakin, kamu bisa Panda, kamu itu hebat”. Suara Rinda salah seorang teman kelas Panda memecahkan suasana yang tadinya hanya suara ketikan tombol laptop yang dilakukan Rinda seakan mengetik memakai mesin ketik. Saat itu suasana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik sudah mulai sepi, matahari sedikit lagi akan menyembunyikan cahayanya dan akan berganti dengan cahaya bulan, tapi kedua anak tersebut masih betah duduk di pelataran fakultas ditemani dengan angin yang membelai rambut Rinda dan jilbab Panda serta jaringan wifi yang selalu saja membuat Rinda betah di kampus hingga suara adzan magrib memanggil.
“aku takut Rin, kamu lihat kekuranganku ini? Kamu tau kan kejadian dua tahun yang lalu yang sangat menghebohkan itu? Aku masih trauma Rin, benar yang dikatakan almarhumah Mica dulu bahwa dunia kita berbeda Rin, kalian hampir mendekati kesempurnaan sebagai seorang manusia, sedangkan aku dan Mica memang terlahir seperti ini, tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri kami”.
“Tidak Panda, persepsi kamu salah, memang secara fisik kami itu hampir menyerupai kesempurnaan, tapi kecerdasan kamu di atas kami Panda. Jujur, aku sering kali merasakan iri saat dosen selalu membanggakanmu dikelas, nilai mata kuliah kamu yang semuanya sempurna, aku iri padamu”.
“memang ya Rin, memberikan orang lain motivasi itu sangat mudah, seperti sekarang kamu memberikanku motivasi, seperti dulu saat aku memberikan semangat pada Mica, tapi sekarang aku sudah berada diposisinya Mica, dan benar…”
“Panda.. ternyata kamu tidak sekuat yang aku kira, kamu lemah, kamu pesimis”. Rinda segera menutup laptop dan meninggalkan Panda dengan perasaan dongkol.
Panda hanya merunduk, merenung tanpa mengeluarkan butiran butiran berlian dari matanya seperti yang Panda lakukan subuh tadi. Galau? Entahlah…
***
Kembali Panda menghadapkan dirinya dengan laptop yang dari subuh tadi menunggu untuk kembali disentuh oleh majikannnya. Sudah ada dua paragraf yang Panda ketik subuh tadi, tetapi ada perasaan tidak nyaman saat kembali Panda membaca tulisannya tersebut.
“Benar kata Rinda, aku memang berbeda dari mereka, tapi dengan kekuranganku ini akan kutunjukkan pada mereka bahwa aku bisa menulis seindah tulisan Andrea Hirata di buku Best seller Laskar pelangi dan sang pemimpinya, seperti Habiburahman El Shirazy dengan Novel Best Seller Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbihnya, seperti Mira W dengan Novel Cinta Sepanjang Amazonnya, seperti Raditya Dika dengan Kambing Jantannya. Dan walaupun kali ini aku hanya menulis sebuah artikel, tapi suatu saat nanti saya akan bisa sehebat mereka yang telah sukses dalam dunia kepenulisan, bahkan akan sesukses J.K. Rowling dengan Harry Potternya”.
“Control A, dan Del, aku harus memulai dari awal tanpa perasaan takut, ayo Panda.. Semangat! Kamu pasti bisa.. ”.
Panda memulai mengetik huruf demi huruf, kata demi kata, paragraf demi paragraf artikel sosial yang tidak bisa ia kerjakan belakangan ini karena sikap pesimisnya dan ketakutannya untuk menantang dunia membuat Panda sekarang terlihat sangat berbeda. Panda yang bersemangat mulai terlihat disetiap kalimat yang ditulisnya.
***
TIGA BULAN KEMUDIAN
Jepret.. Jepret.. Cahaya kamera serta suara bising kalimat demi kalimat pertanyaan tidak membuat orang-orang dalam ruangan itu risih, tapi sebaliknya.. senyum bangga mereka tercipta dengan tulus saat melihat Panda berdiri di mimbar kesuksesannya.
“Mungkin ada yang masih mengingat kejadian setahun yang lalu, saat seorang anak cacat tanpa kaki yang sempurna melompat dari ketinggian ±150 meter, dia adalah sahabatku. Seorang anak yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk berkarya, keyakinannya akan kemenangan sirna ketika usaha kerasnya berlatih menyerupai orang yang sempurna bahkan menurutku tariannya itu sangat indah melebihi orang yang sempurna. Uang membuat sahabatku yang tadinya berada diposisi pertama semakin mundur hingga mengalami kekalahan, tapi saya disini tidak untuk mengingat masa-masa itu. Terimakasih untuk orang-orang yang memberikanku semangat, terimakasih untuk Rinda yang telah membuka mataku untuk menatap dunia ini lebih jelas, bahwa kekuranganku ini bukanlah masalah untuk mencapai cita-citaku jika tekad keras memang aku miliki. tanpa jaripun aku bisa menulis rangkaian kata indah yang membawaku hingga berdiri disini. Bagaimana dengan kalian yang memiliki fisik yang sempurna, tidakkah kalian ingin mencapai apa yang kalian inginkan?”.
“Bagaimana cara untuk mencapai segala keinginan kita, karena terkadang tidak ada kesempatan buat kita untuk mencapai cita-cita kita?”. Tanya seorang wartawan yang berada di ruangan yang luas tapi terasa sangat sempit karena dipenuhi dengan orang-orang yang ingin menyaksikan Panda secara langsung.
“jangan mengatakan tidak ada kesempatan, kesempatan selalu ada buat siapa saja dan setiap insan menuasia memiliki kesempatan untuk meraih apa yang dia inginkan, tapi semuanya kembali ke diri kita. Banyak yang menyianyiakan kesempatannya karena tidak memiliki kemauan dan tekad yang keras untuk meraih kesempatan itu. Cari semangat dan kemauan kamu terlebih dahulu, setelah itu cari orang-orang yang berperan penting dalam hidupmu seperti keluarga ataupun sahabat. Karena mereka yang akan selalu ada di saat kita mengalami ketidakpercayaan diri, di saat kita mengalami down, merekalah yang akan membantu kita untuk mencari semangat kita lagi”. semua orang yang berada dalam ruangan tersebut serentak bertepuk tangan dan tersenyum bangga menyaksikan Panda dengan kekurangannya tanpa jari yang sempurna hanya ada dua ditangan kanan dan tiga pada tangan kirinya dapat mengalahkan ribuan penulis se-Indonesia dan menghasilkan Novel Best Seller hanya dengan rentang waktu beberapa bulan.
***
Suasana yang tadinya bising mendadak sepi. Layar TV yang tadinya bergambar wajah Panda seketika berwarna hitam dan tenang. Iya.. Rinda hanya menyaksikan Panda dibalik layar TV dengan senyuman yang tak henti-hentinya karena kemarahan beberapa bulan yang lalu akibat sifat Panda yang pesimis belum juga Rinda lupakan, tapi sekarang sudah tidak. Rinda tidak mengetahui hal ini, ternyata Panda melanjutkan tulisannya dan bisa seperti sekarang ini.
“aku bangga Panda, aku Sahabatmu”.
THE END